Cari Blog Ini

2015-12-07

Makalah Ibnu Abbas Tokoh Pendidikan Islam

💬 : 0 comment

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Ibnu Abbas adalah seorang yg terkemuka dan ternama dalam dunia Islam tidak terkecuali dalam dunia Pendidikan Islam. Karena beliau jualah sehingga banyak sunnah dan hadist Rasulullah diketahui kemudian tersebar kesegenap negeri.

Pada umumnya kaum Muhajirin dan Anshar masa dahulu merupakan pelajar sekaligus guru bagi orang-orang disekitarnya. Namun Ibnu Abbas memiliki beberapa keistimewaan yang menjadi pembeda antara beliau dengan sahabat Rasulullah yang lainnya.

Gelar Tokoh Pendidikan Islam sangat layak sekali dianugerahkan kepada sepupu Rasulullah ini sebab besarnya peran beliau dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan, syiar Islam dan kebaikan-kebaikan keseluruh penjuru jazirah.

Kata "Tokoh Pendidikan Islam" memiliki maksud yaitu seorang yang memiliki peran penting dan memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan pada ruang lingkup agama Islam secara khusus dan dunia pada umumnya.

Dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa Ibnu Abbas memiliki majlis pendidikan untuk mengajarkan pemahaman-pemahaman terhadap kandungan AlQuran, Hadist dan Sunnah Rasulullah dengan jumlah murid yang sangat banyak sekali untuk masa tersebut sehingga sebahagian orang menyebutkan bahwa majlis tersebut adalah Universitas Ibnu Abbas. Demikian pula dengan bukti penguat lainnya, yaitu ribuan hadits yang diriwayatkan oleh beliau disebarluaskan oleh Bukhari dan Muslim sehingga kuatlah pendapat bahwa Ibnu Abbas merupakan tokoh pendidikan Islam yang telah menginspirasi dan menjadi teladan bagi pendakwah Islam.

B. Ruang Lingkup Dan Batasan Penulisan


Sebagaimana yang diketahui oleh khalayak ramai, bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara belajar dari berbagai sumber. Dan mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Demikian pulalah Ibnu Abbas melakoni perannya sebagai pelajar dan sebagai pendidik.

Keseluruh peristiwa tersebut akan menjadi sebuah kisah yang teramat luas cakupan bahasannya juga tentunya akan sangat bermanfaat jika ditelusuri dengan seksama. Namun didalam tulisan ini penulis hanya memfokuskan pembahasan pada beberapa hal yang menjadi poin-poin penting guna menguatkan peran dan posisi Ibnu Abbas dalam Pendidikan Islam.

Tahap awal dari makalah ini tentunya akan memperkenalkan biografi beliau, selanjutnya proses beliau menimba pengetahuan, diteruskan dengan aktifitas beliau dalam mengajar dan mendidik dan diakhiri dengan karya-karya beliau.

BAB II PEMBAHASAN

A. Jatidiri Ibnu Abbas


Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa Abdullah bin Abbas adalah seorang Sahabat Nabi, dan merupakan anak dari Abbas bin Abdul-Muththalib, paman dari Rasulullah Muhammad SAW. Dikenal juga dengan nama lain yaitu Ibnu Abbas (619 - Thaif, 687/68H).

Beliau merupakan sepupu Rasulullah yang lahir tiga tahun sebelum Hijrah berlangsung dan pada usia sekitar tujuh tahun dititipkan untuk tinggal hidup bersama Rasulullah. Dari Rasulullah lah beliau mendapatkan pengetahuan dasar yang begitu mulia. Pada masa remajanya sekitar seribu enam ratus enam puluh hadis untuk kaum muslimin yang diterimanya langsung dari Rasulullah dan dicatat oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab sahih mereka.

Disaat beliau remaja lah Rasulullah S.A.W wafat dan selanjutnya Ulul Albab muda ini menjadi salahsatu rujukan bagi Muslimin dan Muslimat dalam berbagai hal. Kaum Muslimin banyak bertanya kepadanya mengenai hal-hal penting yang pernah didapatkannya langsung dari Rasullah semasa Nabi Akhir Zaman Muhammad Shallallahu `Alaihi Wa Sallam masih hidup.

Abdullah Ibnu Abbas yang masih muda ini dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya terus menggali dan memperluas pengetahuannya dari berbagai sumber termasuk kepada sahabat-sahabat terdekat Rasulullah lainnya.

Beliau adalah seorang yang cerdas akal dan baik budi serta taat dalam beribadah. Dalam sebuah riwayat, ada dikisahkan; Pada masa Khalifah Mu`awiyah Bin Abi Sufyan memerintah, tercatatlah dalam sejarah bahwa Kaisar Romawi pernah menuliskan surat untuk menguji kebenaran Islam dan menguji seberapa besar pengetahuan Muslimin tentang Keimanan.

Ada empat pertanyaan sulit yang dilontarkan oleh Kaisar tersebut, diantaranya:


  1. Apa ucapan yang paling disenang oleh Tuhan Allah, kedua, ketiga, keempat, dan kelima?
  2. Siapa hamba yang paling mulia dan wanita yang paling mulia bagi-Nya?
  3. Apa empat perkara yang di dalamnya terdapat roh, tetapi tidak bersemayam dalam rahim?
  4. Kubur manakah yang berjalan sambil membawa penghuni kuburnya?


Khalifah menunjuk Ibnu Abbas untuk menjawab keseluruhan pertanyaan tersebut. Dengan sigap Ibnu Abbas memberikan jawaban:

Ucapan yang paling disukai Allah SWT adalah La ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tidak akan diterima suatu amal perbuatan tanpa landasan kalimat itu. Itulah ucapan yang menyelamatkan. Kedua adalah Subhanallah (Mahasuci Allah), ucapan ini adalah cara shalat seluruh makhluk Allah. Ketiga adalah Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), ucapan syukur. Keempat adalah Allahu Akbar (Allah Maha besar), yaitu ucapan pembuka semua shalat, sujud, dan ruku’. Kelima adalah La haula wala quwwata illa billah (Tidak ada kekuatan selain dari Allah)."

Hamba yang paling mulia adalah Adam `Alaihis Salam. yang diciptakan dengan tangan-Nya dan Dia mengajarinya nama-nama semua yang ada. Adapun wanita yang paling mulia adalah Siti Maryam, wanita suci."

Empat hal yang tidak berasal dari rahim adalah Adam `Alaihis Salam, Hawa Radhiallahu `Anha, Tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular, dan domba kurban Nabi Ibrahim `Alaihis Salam."

Kubur itu adalah perut paus yang di dalamnya terdapat Nabi Yunus `Alaihis Salam."

B. Ketekunan Ibnu Abbas


Tokoh mulia ini adalah seorang yang tekun, baik dalam menjelajahi jejak-jejak ilmu maupun menyebarluaskannya. Ketekunan beliau dalam mencari ilmu pengetahuan sungguh luar bias sebanding dengan kegigihannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan itu kesetiap Muslim yang haus akan kebenaran.

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa:

Abdullah menerangkan apa yang telah dilakukannya setelah beliau mendengar bahawa salah seorang sahabat Rasulullah SAW mengetahui suatu hadith yang tidak diketahui olehnya:

"Aku pergi menemuinya sewaktu dia tidur siang dan membentangkan jubahku di pintu rumahnya. Angin meniupkan debu ke atas mukaku sewaktu aku menunggunya bangun dari tidurnya. Sekiranya aku ingin, aku boleh mendapatkan keizinannya untuk masuk dan tentu dia akan mengizinkannya. Tetapi aku lebih suka menunggunya supaya dia bangun dalam keadaan segar kembali. Setelah ia keluar dan mendapati diriku dalam keadaan itu, dia pun berkata: "Hai sepupu Rasulullah! Mengapa engkau berbuat begini? Kalau engkau mengirimkan seseorang kemari, tentulah aku akan datang menjumpaimu" Aku berkata: "Akulah yang sepatutnya datang rnenjumpai engkau, kerana ilmu itu dicari, bukan datang sendiri." Aku pun bertanya kepadanya mengenai hadits yang diketahuinya itu dan mendapatkannya daripadanya."

Dengan cara ini, Abdullah yang berdedikasi itu sentiasa bertanya, bertanya dan terus bertanya. Dan dia senantiasa menampung, menyaring dan menyelidiki dengan cermat setiap informasi yang diterimanya dengan hatinya yang penuh minat dan berhati-hati.

Abdullah Ibnu Abbas bukan saja pakar dalam meriwayatkan hadits-hadits, bahkan beliau juga turut mengabdikan dirinya mendapatkan ilmu pengetahuan dalam berbagai macam bidang ilmu yang luas. Beliau memiliki rasa takjub yang khusus terhadap orang-orang seperti Zaid bin Thabit, pencatat wahyu, qadhi dan penasihat yang terkemuka di Madinah, pakar dalam hukum warisan dan dalam membaca AlQuran.

Ketika Zaid berniat untuk pergi bermusafir, Abdullah yang masih muda itu akan berdiri dengan hormat di sebelahnya dan mengambil tali kekang kenderaannya dan berlagak seperti hamba yang hina di depan tuannya. Zaid berkata kepadanya: "Hai sepupu Rasulullah, janganlah begitu."

Abdullah berkata: "Begitulah cara yang disuruh supaya kita menghormati orang-orang yang lebih alim di kalangan kita."

Zaid menjawab: "Tunjukkanlah tanganmu."

Abdullah mengulurkan tangannya. Zaid mencapainya lalu menciumnya dan berkata: "Begitulah cara yang diharuskan kepada kita agar melayani ahli bait Rasulullah SAW."

Semakin bertambah ilmu Abdullah, maka semakin bertambahlah kemuliaan beliau. Beliau berkulit putih campur kuning, berbadan tinggi, tidak kurus, sikapnya tenang dan wajahnya berseri-seri. Ia selalu mencelup janggutnya dengan inai. Masruq ibn aI-Ajda berkata mengenai diri Ibnu Abbas:

"Apabila engkau melihat Abdullah Ibn Abbas maka engkau akan mengatakan, bahawa ia seorang manusia yang tampan. Apabila engkau berkata dengannya, niscaya engkau akan mengatakan, bahwa ia adalah seorang yang paling fasih lidahnya. Jikalau engkau membicarakan ilmu dengan Abdullah ibn Abbas, maka engkau akan mengatakan bahwa Ia adalah lautan ilmu"

Di samping tubuhnya yang bagus, Abdullah ibn Abbas mempunyai perangai yang terpuji, budi pekerti mulia dan hati yang rendah, tetapi tegas dan tidak suka melakukan perbuatan sia-sia.

Khalifah Umar ibn al-Khattab selalu mendapatkan nasihatnya terhadap permasalahan-permasalahan negara yang penting dan menerangkan beliau sebagai "pemuda yang matang."

Selanjutnya, Umar pernah berkata: "Sebaik-baik tafsir AlQuran ialah dari Ibnu Abbas. Apabila umurku masih Ianjut, sesungguhnya aku akan selalu bergaul dengan Abdullah Ibn Abbas."

Saad Bin Abi Waqqas menerangkan perihal Ibnu Abbas dengan kata-katanya ini:

"Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memahami sesuatu, yang lebih berilmu dan lebih bijaksana selain Ibnu Abbas. Aku telah melihat Umar memanggilnya untuk membicarakan masalah-masalah yang sukar di depan kalangan sahabat Rasulullah yang ikut dalam perang Badar baik dari kalangan Muhajirin maupun Ansar. Ibnu Abbas berbicara dan Umar tidak memandang remeh akan kata-katanya itu."

Sifat-sifat inilah yang menjadikan Abdullah Ibn Abbas terkenal sebagai "orang yang paling alim di kalangan ummat ini." Abdullah Ibn Abbas tidak serta merta merasa puas hati dengan ilmu-ilmu yang telah dimilikinya. Beliau merasakan bahwa beliau mempunyai tugas kepada ummat untuk mengajar mereka yang mencari ilmu pengetahuan dan seluruh umat Islam pada umumnya. Lalu beliau mengajar dan akhirnya rumah beliau dijadikan sebagai majlis ilmu.
Ibnu Abbas Orang Yang Paling Alim Di Kalangan Ummat Ini
Kelas-kelas pengajian yang diadakan oleh Abdullah Ibnu Abbas senantiasa ramai dikunjungi. Salah seorang sahabatnya menceritakan permandangan yang selalu terjadi di depan rumahnya:

"Aku melihat orang beramai-ramai berkumpul di atas jalan-jalan menuju ke rumahnya sehingga hampir tidak ada jalan yang kosong di situ. Aku masuk ke dalam dan memberitahu beliau mengenai orang ramai yang berkumpul di pintunya, lalu dia berkata: "Tolong ambilkan air untuk ku berwudhu’." Beliau mengambil wudhu’ lalu duduk dan berkata: "Keluarlah dan katakan kepada mereka: "Barangsiapa yang ingin bertanya mengenai AlQuran dan surah-surahnya, maka silahkan dia masuk kedalam ruangan ini."

"Aku lakukan perintahnya itu dan orang ramai berdesak-desakan masuk sehingga rumahnya dipenuhi oleh pelajar. Apa saja yang ditanyakan mereka kepadanya, maka Abdullah dapat menjelaskan dan bahkan dapat menambahkan keterangan mengenai pertanyaan bagi permasalahan yang dikemukakan. Kemudian, beliau berkata (kepada murid-muridnya): "Berilah jalan pada saudara-saudara kamu." Kernudian beliau berkata kepadaku: "Keluarlah dan katakanlah: Barangsiapa yang ingin bertanya mengenai AlQuran dan tafsirannya, maka benarkanlah ia masuk" Sekali lagi, rumahnya itu dipenuhi dengan orang ramai yang ingin bertanya tentang apa yang dimaksudkan dan Abdullah berhasil menerangkan serta menambahkan lagi keterangan mengenai persoalan yang dikemukakan sehingga mereka puas hati."

Dan demikianlah terus menerus orang ramai berduyun-duyun keluar masuk untuk mempelajari ilmu fiqh, halal dan haram dalam Islam, hukum warisan, ilmu bahasa, syair dan etimologi.

Untuk mengantisipasi desak-desakan pengunjung majlis ilmu tersebut, Abdullah Ibnu Abbas pun merancang suatu hari yang khusus untuk satu bidang ilmu dan hari-hari lainnya untuk bidang ilmu yang lain pula. Beliau tidak hanya mengajarkan AlQuran dan hadits kepada murid-muridnya tetapi mengajarkan pula ilmu fiqih, muamalah, syair, sejarah bangsa Arab sebelum Islam, dan masih banyak lagi yang lainnya.

C. Konstribusi Ibnu Abbas Bagi Pendidikan


Beliau telah menjadi tokoh pertama yang dijadikan contoh dan teladan bagi pengajar lainnya. Ide-ide cemerlangnya dalam menata sebuah metode dan system pendidikan pada masa-masa awal berkembangnya Islam telah menginspirasi banyak Muslim untuk mengikuti jejak Beliau dan dengan dilandasi teknik-teknik yang pernah diterapkan beliau akhirnya tersebarlah Ilmu Pengetahuan Islam kesegenap pendidik lainnya yang mengikuti jejaknya.

Ada beberapa poin penting yang dapat dijabarkan mengenai konstribusi Beliau bagi pendidikan, diantaranya:


  • Guru juga menjadi pendidik yang memiliki suri tauladan yang baik dan berakhlaqul karimah
  • Guru memiliki kemampuan untuk menata dan mengelola situasi dan kondisi dalam ruang lingkup pendidikan
  • Guru mempunyai rasa ikhlash dalam mengajar dan mendidik
  • Guru harus terus memperkaya pengetahuan dan mengembangkannya
  • Guru mampu membentuk karakter pelajar dan memberikan pengetahuan sesuai dengan potensi juga minat penimba ilmu.


Dari beberapa poin diatas, masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang dapat ditelaah dari kemuliaan seorang pendidik seperti Ibnu Abbas. Dan poin-poin diatas hanyalah sebahagian kecil saja yang dapat diungkapkan oleh penulis.

BAB III PENUTUP


A. Simpulan


Demikianlah sekelumit kisah tentang Abdullah Bin Abbas yang layak menyandang gelar tokoh pendidikan Islam terkemuka setelah ketiadaan rasulullah SAW. Beliau telah menjadi inspirator bagi setiap penggiat ilmu untuk terus menggali dan mengembangkan pengetahuan. Kesemuanya itu tidak terlepas dari kecintaan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta`ala dan keinginan untuk menggapai ridhaNya.

Begitulah selayaknya Kita sebagai tenaga pendidik untuk meneladani kemuliaan Ibnu Abbas agar pendidikan Islam dapat berkembang dengan pesat dan mencapai kembali kemajuan yang gilang gemilang serta satu tujuan utama yaitu memperoleh kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta`ala.

B. Referensi


  1. AlQuranul Karim
  2. Ensiklopedi Kitab Hadist Sembilan Imam
  3. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2004, hal. 17.
  4. Muhammad Husain az-Zahabi, al-Tafsir wal Mufassirun, Maktabah, Wahbah, Kairo, 2003, Jld.1, hlm. 50.
  5. Al-Khattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2006.
  6. Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Universitas Sriwijaya, Palembang, Jld.1, 2000, hlm. 14.
  7. Muhammad al Jazari, Asdul Ghabah fi Ma’rifat al Sahabah, Jld. III, Darul Kutub al Ilmiyah. Kairo.
  8. M. Ali Ash-Shabni, Studi Ilmu al-Qur’an, Maktabah al-Ghazali, Damaskus, 1991.
  9. Munzin Hitami, Menangkap Pesan-pesan Allah, Suska Press, Pekanbaru, 2006, hlm. 34
  10. Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur’an, Yogyakarta : September 2005.
  11. Al-Jauziyah Ibn Qayyim, Belajar Mudah Ilmu al-Qur’an, Cet. I. Jakarta : Lentera, 2002.
  12. Muhammad Husain az-Zahabi, al-Tafsir wal Mufassirun, Maktabah, Wahbah, Kairo, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar